Kamis, 06 Desember 2012

Perjuangan

Kau tahu arti perjuangan?
Jatuh dan bangun, jatuh dan bangun lagi.
Aku sering jatuh. Sering bangun. Kadang menyerah. Kadang bertahan.
Apa yang kuperjuangkan, kalian mungkin tidak tahu.
Karena aku seringkali berjalan sendiri,
tidak ingin berbagi.
Karena pikirku, akankah kalian mengerti?
Akankah kalian menerimanya?
Kalau boleh kusarankan, jangan seperti aku.
Berjuang sendiri itu, tidak enak.
Melelahkan, menyakitkan.
Padahal, Tuhan sudah ciptakan beberapa teman.
Lalu, untuk apa,
Kalau tidak diajak berjalan bersama?

Minggu, 02 Desember 2012

Christmas is Coming, But...

Hey, Christmas is coming!
Yeah, sudah tanggal satu. Satu DESEMBER. Bulan yang ditunggu-tunggu kebanyakan orang. Termasuk aku.
Sudah hampir natal, sudah hampir pulang ke rumah, dan.. sudah hampir UAS. Jujur, belum siap. Terlalu banyak distraksi, dari dalam maupun dari luar. Banyak buku yang belum dibaca, banyak konsep yang belum benar-benar didalami seperti biasanya. Jadi takut, apakah nilaiku masih akan sama seperti UTS kemarin. Turunkah? Stabilkah? Ah, Tuhan, aku ingin nilai yang bagus. Aku seharusnya tidak di sini, seharian bermain internet dan mengabaikan semua kewajiban. Sekarang ini, terlalu banyak waktu luang yang dipakai untuk hal-hal tidak berguna. Padahal, waktu itu berharga sekali. SANGAT. Kalau begini terus, bisa-bisa aku kelabakan waktu sudah H-3 atau 4.
Entahlah, aku butuh motivasi, butuh semangat. Butuh waktu bermain juga. Butuh rehat. Terlalu banyak yang dipikirkan, pelajaran jadi terlantar. Maafkan aku..

Aku Prajurit Tuhan

Aku.. suka berkhayal kalau aku adalah prajurit. Pemimpinku adalah Tuhan. Aku berperang untuk Tuhan yang Agung, dengan senjata dan perlengkapan dari besi. Tapi, aku bukan prajurit biasa. Aku prajurit yang terlahir cacat.

Tadi aku berdoa. Aku masuk ke dalam ruangan Tuhan, di mana Ia duduk di atas singggasana-Nya yang indah. Aku berdiri di tempat yang pantas, dan membungkuk sebelum berbicara. 

Tuhan tersenyum, dan menyapaku. Aku menyapa-Nya kembali, dengan hormat. Lalu mulai bercerita. Aku bertanya pada Tuhan meminta kekuatan. Aku sedang terluka dan masih harus berjuang. Aku merasa hidupku sulit dan diciptakan secara tidak adil dari yang lain. Aku merasa aku dibuat berbeda oleh Tuhan, dan itu seringkali membuat aku terjatuh. Kuceritakan penderitaanku, sambil menjaga agar tubuhku tetap tegap, dan nada bicaraku tetap tegas--walaupun aku ingin menangis. Persis seperti seorang prajurit. Lalu Tuhan berkata, apa yang kau inginkan?

Aku sadar, bertanya 'kenapa' atau mengeluh 'tidak adil' tidak akan merubah keadaan. Ribuan orang lain melakukan hal itu, dan hidup mereka tidak terlihat jadi lebih baik. Jadi kukatakan, Tuhan, aku minta, supaya aku tidak sendirian. Aku meminta-Nya untuk tidak meninggalkan aku.

Tuhan diam, tidak menjawab. Memberiku ruang untuk berpikir. Lalu aku merenung. Tuhan tidak mengirimku pergi dengan tangan kosong.

Kulihat tangan kiriku. Ada pedang di sana. Kulihat tangan kananku, menggenggam erat sebuah perisai. Seluruh tubuhku, dilindungi dengan pelindung dari besi. Aku telah memenangkan begitu banyak pertarungan, dengan bimbingan Tuhan, senjata, dan kemampuanku, bahkan dengan tubuh yang cacat. Untuk sesaat, kakiku yang tidak utuh jadi terasa tidak berarti.

Tuhan memberiku kekurangan. Kekurangan yang, sangat mengganggu, menurutku. Aku membayangkan diriku bertarung dengan satu kaki, tanpa senjata yang memadai, aku pasti sudah mati. Tapi Tuhan tidak melakukan itu. Ia membekaliku. Ia tahu aku prajurit yang kuat, yang handal. Ia memberiku banyak kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, untuk melawan tantangan-tantangan di dunia ini. Untuk melawan kemalasan,  berjuang meraih cita-cita, melawan kebodohan dan ketidaktahuan, menghadapi ujian sekolah, berusaha mendapatkan pekerjaan, semuanya. Ia memberiku bakat. Ia memberiku orang tua yang baik. Ia memberiku rumah yang kurindukan, memberiku teman-teman yang peduli. Semuanya, semuanya itu adalah senjataku.

Aku mengangkat kepalaku dan mendapati Tuhan masih menatapku, menunggu pertanyaanku. Aku menarik nafas dan berucap dengan penuh syukur, Tuhan.. dimuliakanlah nama-Mu.

Jumat, 23 November 2012

Coba lihat..

Ah, lihatlah sekelilingmu. Orang-orang berubah, iya tidak? Masa tidak? Coba dicek lagi. Karena aku yakin sekali orang-orang pasti berubah. Sudah? Nah, bagaimana? Lho, masih tidak juga? Bagaimana ya. Coba lihat teman-temanmu. Apalagi mereka yang berpisah darimu saat kau naik kelas, lulus SMP, atau masuk kuliah. Berbeda tidak? Mungkin tidak semua, tapi kalau aku, ya kebanyakan berubah. Dari malas jadi rajin, atau dari rajin jadi malas, dari manja jadi mandiri, dari kekanak-kanakan menjadi dewasa. Teman-teman mereka berubah, lingkungan mereka berubah, dan mereka pun, mau tidak mau, pasti berubah. Sesedikit apapun itu.

Coba lihat ayahmu, ibumu. Pasti berubah. Ha, masa tidak? Sekarang kutanya, orangtuamu, bertambah tuakah? Kalau orangtuaku, iya. Dan aku takut, takut gagal membahagiakan mereka. Kalian juga kan? Rasanya, pingin cepat2 sukses buat ngabarin keberhasilan kita gitu loh. Tapi.. masih lama ya. Untuk sementara, berusaha menyenangkan mereka dulu deh.. sebisanya. Tuhan, tolong bantu. T_T

Nah, sekarang, coba lihat kakakmu, kalau kau punya. Makin jauhkah dia? Makin berbedakah dia darimu? Kalau aku, aku sih tidak punya kakak. Jadi aku tidak tahu. Lha, kenapa ditulis? Ya cuma iseng saja. (?)

Yasudah, sekarang, tidak usah jauh-jauh. Coba lihat dirimu sendiri. Berubah, tidak? Kalau aku sih, berubah. Lingkungan baru, tahapan baru, usia baru, masalah baru. Teman-teman baru, kegiatan baru. Bagaimana tidak berubah?

Intinya, perubahan itu pasti ada. Entah ke arah baik atau buruk. Atas pilihan sendiri, atau memang takdir. Terkontrol, atau malah menguasai.  Membuat orang lain bangga atau malah kecewa. Membuatmu nyaman atau malah membuatmu sedih.

Sebisa mungkin dinikmati saja. Dunia kan terus berputar. Begitu juga dengan isinya. Hidup itu dinamis, kan?

Getir

Ha. Ha. Ha. Cuma bisa tertawa getir. Hidup terkadang aneh, walau pada saat yang sama, memang sudah diatur. Bagaimana aku bisa mendapat buah yang pahit, sedangkan yang lain manis? Atau sebaliknya: yang lain pahit sedangkan aku yang manis? Hidup memang berbeda, hidupku dan mereka. Memang tidak ada yang sama!
Tapi, asal kau tahu, sudah ada yang mengaturnya. Dan kita.. tak punya hak untuk protes. Mau protes pun, silahkan. Tidak akan ada yang melarang. Tapi, kita yang akan kelelahan sendiri. Pahit, tapi.. terima saja, ya. Terima saja.. Kita sudah dibagikan sekantong energi, bukan untuk mengeluh, tapi untuk berjuang. Cuma sekantong, tidak ada cadangan! Jadi, jangan disia-siakan~

Cuma Capek Mengalah

cuma capek ngalah. dulu, aku selalu ngalah. pikirku, ngalah itu baik. tapi lama-lama, aku jadi tidak punya pilihan. lama-lama, aku jadi terpaksa ngelakuin apa yang sebenarnya aku nggak mau.
jadi sekarang, aku belajar bertahan. belajar bilang nggak mau. belajar nggak ngerasa bersalah. bejar untuk nempatin diriku, seimbang sama kamu. adil, kan?
jadi, jangan marah kalau aku berubah. jangan marah kalau aku.. jadi terkesan egois. aku cuma mau kesamaan, kok. :)

Kamis, 25 Oktober 2012

Weird. Why do I love them so much?

Have.. emm.. a kind of big fondness of orphan stories.. Truly! To name them, first is Oliver Twist. Then Nobody's Boy (book), then.. Bothcan, and this last one, Hugo.

Why? Me myself don't know well. Can't describe myself. But always, touched by those stories. The integrity they have, the unwanted fate they have to face, the courage and bravery, the feelings they bring, and also the setting--Paris, Europe, those early 1900's ages, vintage things, great European buildings, the dress and the way they behave--always, and never ever failed to catch my eyes! I wonder if someone else is agree with me.

I just watched Hugo, a lil bit too late maybe, but... It was awesome. A little boy is brought to a situation where his father died, left him alone with his, unfortunately, drunken uncle. But thank God, through his uncle, he can live within a place where he can do what he like--fixing, tinkering, doing machines--in a wall to run the clocks, like what he and his father always did. And like all of these orphan stories I've ever known, he comes into a great adventure where at last, he found a family, biologically or not, and have a truly happy endings. It is so heart-touching where all the bravery and integrity he spent now gave him such immeasurable prize. The price is so paid! For me, it is always wonderful.

Oliver Twist, is also a good movie. I wonder if the actor is the same person... Ah, it's Asa Butterfield. It scares me that I always love the act of these young boys, Asa Butterfield, Jeremy Sumpter, Barney Clark, whoaaaa it really scares me! It's not a pathology, isn't it? -___- But of course, not that kind of love! I have admiration for those children who are cute and handsome, but always succeed to bring such sharp sight and innocent face at the same time. They are cool!

About the book, Nobody's Boy is still my favorite book. Botchan too, I haven't read it but now I know it is the kind of book I want to read. Maybe...

Hellow. Jangan Dibaca, Nggak Penting.

Hey. Long time no write. (?) Apa kabar temans? Yah, sebenarnya aku hampir tidak punya teman ya di blogger ini. Cuma say hi aja buat yang baca.. Haiiii! Alay banget ya. Iya alay. Ha-ha.

Banyak banget yang kualamin belakangan ini. Mulai dari kuliah, UTS, stressnya jadwal yang sempat padat, lupa makan, pencerahan, kegalauan, dan lain sebagainya. Lumayan banyak berubah. Tapi, belum semua.

UTS kemarin apa kabar? Wonderful. Setiap kali ada dosen yang tanya di kelas, bagaimana UTSnya, responku selalu sama: 'wonderful'. Iya, wonderful, karena aku yang rempong ini kewalahan menghadapi UTS, yang berbarengan dengan memuncaknya frekuensi rapat panitia, juga latihan taekwondo sampai malam, yang dipersering demi ujian hari di hari minggunya. Alhasil, stress meningkat, tidur nggak teratur, makan sering lupa, dan... kamar persis seperti kapal pecah. Berantakan, terabaikan, tak lagi terurus. Halah.

Tapi sekarang, sudah mulai kembali ke kehidupan 'normal'. Bisa nulis blog, bisa buka internet, bisa sewa novel dan baca-baca di akhir minggu, bisa mulai jadi rajin lagi dan bisa bersih-bersih kamar, makan 4 kali sehari, dan diet gagal.

Yang belum, nunggu nilai habis UTS. Banyak yang mesti kuevaluasi dari UTS kemarin, tapi lagi-lagi, aku nggak terlalu ingat soal-soalnya dan perasaan apa yang timbul kemarin saat belajar UTS. Penyesalan apa yang muncul kemarin saat mulai membaca soal. Nanti deh, tunggu hasilnya dibagikan. Eh, dibagikan nggak ya? Hyah.

Ah ya, sekarang sedang berharap ada yang mengajakku jalan ke luar. Kalau punya pacar sih gampang, nah ini nggak. Punya teman juga nggak (?). Pingin ke amplas, pingin nonton, pingin shopping, pingin beli buku, pingin makan Jco, pingin beli BreadTalk, pingin... apa lagi ya? Pingin jalan deh pokoknya! Teman yang biasa bareng pada pulkam semua ke daerahnya, lah aku, mesti nunggu tiket gratis dulu kalau mau pulang cuma 3 hari. -___-

Kenapa nggak punya temen? Punya sih, punya. Tapi... Yah, begitulah. Aku juga nggak ngerti. Mungkin emang akunya yang susah ya kalau bergaul. -___- sedihnya.

Yah, sudahlah, cukuplah curhat alay ini (yang penting nggak galau). Aku mau beralih ke kegiatan lain yang lebih berguna (apa?). Nggak tau juga, yang penting udahan. HAHAHA! DADAH!

Rabu, 26 September 2012

Random

Stop laughing at me, make me feel like an idiot. You don't know me. You are not wearing the same shoes as mine.

Sama atau Berbeda

Aku mengerahkan seluruh hidupku, seluruh tenagaku, untuk sebisa mungkin menjadi sama dengan orang lain. Dianggap normal, dianggap benar. Tapi, di luar sana, ada mereka yang senang menjadi diri mereka sendiri. Bahkan, mereka yang sama sepertiku. Aku bertanya-tanya, kapan aku bisa jadi seperti mereka?

Jumat, 14 September 2012

Lihatlah Prasasti Itu!

Prasasti-prasasti itu, siapakah yang menulisnya?

Tangan-tangan dari masa lalu, yang terendam ribuan ton tanah, dulu, pernah bergerak di atas lempeng ini, lempeng tembaga ini.

Masa lalu yang pernah hidup, tanpa sengaja, meninggalkan jejak bagi masa depan. Masa depan yang kini kita jajaki. Kita, masa depan, yang dulu hanya mimpi bagi para ksatria masa lalu.

Lihatlah tulisan-tulisan itu, ukiran itu! Lihatlah kedalamannya, setiap lekukannya menggambarkan keuletan. Untuk apa prasasti ini ditulis? Untuk mengatur tepian Sungai Brantas! Lihatlah Sang Hayam Wuruk yang berdiri dan membacakan titahnya. Untuk apa prasasti ini ditulis? Untuk membuat tanda penghargaan! Lihatlah Gajah Mada yang berucap dengan gagahnya, berusaha mengenang Kertanegara yang telah wafat.

Lihatlah  pemuka-pemuka hebat di masa lalu, yang kini sudah sulit ditemukan kharisma setara itu.

Lihatlah ukiran masa lalu ini, peninggalan dan hadiah, bukti dan kesempatan bagi mereka yang ingin melihat kehidupan, yang terkubur berlapis-lapis tanah di atasnya...

Sabtu, 08 September 2012

Birthday? What?

Birthday?

Ulang tahun, ya. Rasanya aku pernah mendengar itu. Dulu, dulu sekali.

Klise, ya? Ah, aku juga tidak tahu aku sedang bicara apa. Cuma mau bilang, ulang tahun itu.. bukan apa-apa. Aku cuma sudah jadi cukup besar untuk tahu kalau ulang tahun hanyalah sebuah hari. Sebuah hari yang terlewat, 24 jam, entah itu Senin atau Minggu atau Rabu atau hari apapun itu. Sama saja kan dengan hari lainnya?

Tapi, hari itu bisa jadi berbeda, kalau ada orang-orang yang peduli. Ada yang sayang padamu, lalu berusaha membuatmu senang. Berusaha merubah alam semesta dan mengubah label hari biasa itu menjadi hari yang spesial! Sehingga dia bisa bilang: hei, hari ini milikmu!

Atau ada segerombolan orang yang datang diam-diam, dengan konyol, membawa kue dan lilin serta hadiah kesukaanmu. Kapan lagi kau akan dapatkan itu--kalau bukan pada hari ulang tahunmu?

Aku sempat membenci hari ulang tahun, cuma gara-gara sifat kekanak-kanakanku yang seringkali berharap terlalu banyak. Yang menginginkan lebih, lalu tidak mendapat seperti yang diinginkan. Tapi lalu aku sadar, ulang tahun berarti bertambah usia. Bertambah jugalah pemahaman, kalau di dunia ini, tidak semuanya bisa kamu dapatkan. Sudah bertambahkah usiamu kalau kau belum juga mengerti hal-hal seperti itu?

Jadi, nikmatilah ulang tahunmu, sebelum kau kehabisan usia nanti. Ah ya, usahakanlah untuk.. menjadi dewasa sebelum kau mati! Jangan lupa!

Sabtu, 01 September 2012

Berbeda Itu Wajar, Tapi..

Aku, kalau tidak terlihat terlalu tua, pasti terlihat terlalu konyol. Kalau tidak terlalu polos, terlalu serius. Tidak pernah bisa sama dengan yang lain. Mungkin, aku cuma terlalu sering membanding-bandingkan diriku dengan society. Aku mengakui itu, tapi, tidakkah lebih mudah menjadi sama? Punya pemikiran yang sama? Lebih mudah berbaur, lebih mudah diterima. Tak perlu takut akan diomongi atau ditertawai.
Intinya, aku berbeda. Dan belum cukup kuat untuk merasa bahwa, perbedaan itu wajar.

Minggu, 26 Agustus 2012

Tergagu, Karena Merasa Kalah.

Baru saja menjelajahi dunia maya. Dan terkesima, karena banyak hal-hal bagus tersebar di mana-mana. Banyak orang-orang yang mungkin terlihat biasa di dunia nyata, lalu menjelma menjadi motivator super di dunia maya. Tergagu, karena merasa kalah. Merasa di bawah. Sempat merasa sedih, melihat usahaku sendiri terbanting.
Tapi aku lalu berpikir, aku seharusnya bersyukur. Tuhan mau aku melihat itu, bukan supaya aku sedih, tapi supaya aku tahu. Bahwa di atas langit, masih ada langit. Bahkan mungkin, aku pun bukan langit. Atau belum sampai di langit. Aku yang selalu ingin ada di paling atas, disadarkan. Tidak perlu berusaha untuk jadi yang terbaik. Melakukan yang terbaik dari dirimu sendiri, itu baru perlu. Apa gunanya menjadi yang terbaik? Demi hormatkah? Toh aku sendiri yang meminta Tuhan untuk menghilangkan kesombonganku. Mungkin, ini salah satu jawaban-Nya..

Sombong VS Minder

Lagi-lagi wejangan dosen, aku masih ingat akan kata-kata dosen baruku tadi pagi. Katanya, hati-hati dalam menilai orang. Orang sombong, tidak selamanya sombong. Kalau dia memang tidak sombong, bisa jadi dia minder! Aku tertawa mendengarnya, walaupun yang lain tidak tertawa juga. Aku tertawa, karena aku merasakannya.

Tadi, waktu baru pulang dari kampus, dan sudah makan pagi sekaligus siang, dari kejauhan aku melihat tiga cowok berbaju kemeja berjalan dari arah samping. Cukup jauh dariku. Mereka teman-teman kelasku. Baru pulang mereka. Lalu, entah mereka sedang tersenyum padaku atau tidak, aku cuma tersenyum tipis. Takut mereka sebenarnya tidak sedang menyapaku, takut dibilang sok kenal, takut macam-macam deh! Aku berlalu sambil terus melihat mereka, dan merasa ada kata sombong terucap dari salah satu mulut mereka. Tapi, masih tersenyum.

Aku tidak menyapa bukan karena sombong. Tapi anggap saja, minder. Takut ini itu. Ingat kata Bu Lusi tadi. Orang sombong, dengan orang minder, punya penampakan yang hampir sama. Jadi, jangan sampai salah menilai! :p

Kita, Bertambah Tua

Kita semua, tak terkecuali, bertambah tua setiap harinya. Bukan cuma tubuh fisik, tapi apa yang ada di dalam. Di sini, entah di mana letaknya, tapi ada di sini, di suatu tempat dalam jiwa kita. Hati kita berubah. Pikiran kita berubah. Pendapat kita berubah. Semuanya berubah, dan berkembang, seiring dengan semakin banyaknya hal yang kita hadapi di luar sana. Apapun itu.
Aku berubah. Aku bertambah tua. Aku akan ulang tahun sebentar lagi (promosi :p), tapi bukan cuma itu, apa yang ada di dalam diriku berubah.
Kadang, apa yang dulu kita rasa benar, jadi tidak benar lagi. Bukan kenyataan itu yang berubah, tapi kesadaran kita yang berubah. Tadi kubilang, kita bertambah tua. Ya, kita makin mirip dengan orang-orang dewasa di luar sana. Mereka yang dulunya kita ejek, kenapa begini kenapa begitu. Sekarang, cuma bisa terdiam, baru mengerti. Mengerti kenapa mereka begini, kenapa begitu. Aku yang dulunya membenci bapak-bapak atau ibu-ibu yang eksis di facebook, sekarang, sedikit demi sedikit, mulai bertingkah seperti mereka, lalu terdiam. Mungkin sampai nanti, sampai kita mati, juga akan terus begini. Manusia terus belajar, kan? Kalau dipikir-pikir... melelahkan juga ya. Toh sampai mati kita nggak akan mencapai titik kesempurnaan itu. Tapi, manusia memang tidak sempurna. Daripada menyerah lalu memilih untuk tidak berkembang sama sekali?

Mau Miskin Tapi Tertawa, Atau Kaya Tapi Cemberut?

Adikku pernah bilang, standarku turun. Aku tahu itu. Tapi aku terpikir, mungkin lebih baik jadi orang bodoh yang bahagia, daripada tahu segalanya tapi tidak menikmati hidup.

Mungkin... ini sama seperti jadi orang miskin yang bersyukur, daripada jadi orang kaya yang tidak pernah tersenyum.

Kawanku, banyak orang-orang di luar sana yang masih bisa tertawa lepas, yang lebih sering bercengkrama dibanding orang-orang yang lebih kaya dari mereka. Banyak orang-orang yang tidak membutuhkan uang banyak untuk membuat mereka bahagia. Yang tidak menjadiakn kemewahan dan segala bentuk kehidupan glamor sebagai syarat tersunggingnya senyum mereka. Dan aku, mengagumi orang-orang itu.

Tapi, kalau kita ditanyai seperti itu--mau jadi orang kaya yang cemberut atau jadi orang miskin yang tertawa?--secara otomatis, pikiran kita yang tidak mau dirugikan akan menjawab: mau jadi orang kaya yang tertawa! Kalau begitu, kita ambil saja jalan tengahnya. Jadi, yang sudah kaya, bersyukur dan tersenyumlah. Nikmati hidup, jangan terlalu khawatir hartamu akan hilang, kalau kekhawatiran itu sampai merenggut kebahagiaanmu. Yang masih miskin, tetap bersyukur lalu berusahalah jadi kaya. Bersyukur bukan berarti berhenti berusaha, kan? Ayo kita saling mendoakan, supaya kita, satu per satu, bisa jadi orang kaya yang tertawa... Kalau Tuhan mengizinkan. :)

Aku Masih Ingin Menjadi Penulis. Penulis Apa Saja...

Belakangan ini, aku sedang rajin menulis. Menulis apa saja. Meringkas buku pelajaran. Menulis status di twitter. Menulis kata-kata sulit yang kutemukan di film. Menulis blog.
Aku masih bingung kenapa aku menulis. Yang pasti, aku merasa lebih baik setelah itu. Aku menulis saat aku merasa buruk. Lalu, semuanya jadi lebih baik. Atau lebih tepatnya, semuanya kembali baik. Seakan-akan, tidak ada yang terjadi...
Mungkin beberapa tulisanku sifatnya personal. Mungkin, bukan sesuatu yang sebaiknya diberikan ke banyak orang. Tapi, memang itu resikonya.
Aku suka sebuah buku. Judulnya, River's Note. Penulisnya, Fauzan Mukhrim. Dia seorang ayah. Atau mungkin, calon ayah. Buku itu adalah kumpulan catatan hariannya yang dia tujukan buat anaknya yang bahkan belum lahir. Buku itu bagus banget (sekalian promosi). Entah iya atau tidak, buku itu benar-benar ditulis sesuai perasaan dia yang sebenarnya... Aku harap memang benar. Karena aku sudah terlanjur kagum dan attached dengan tulisannya. Dengan kehidupannya, kehidupan personalnya yang dia tuangkan di dalam buku itu.
Seorang penulis, misalnya penulis jurnal seperti dia, memang sudah memutuskan untuk mengambil resiko itu. Resiko untuk membuat kehidupannya terekspos. Semuanya memang jadi bahan cemilan publik, tapi... entahlah. Kuharap ada gunanya, ada manfaatnya. Kuharap dengan menulis perkembanganku disini, pengalamanku, pemikiranku, sesuatu bisa berubah. Aku tidak tahu di mana letakku. Di atas, setara, atau di bawah? Aku tidak tahu apakah aku lebih baik dari kalian, sama, atau lebih payah, lebih alay. Aku tidak tahu apakah blog ini membuat kalian tersentuh, atau jijik. Aku cuma mau menulis. Cuma bisa bertanya-tanya, apakah seiring semakin banyak orang yang membaca postinganku, semakin banyak orang yang membenciku atau tidak. Sekali lagi, aku cuma mau menulis... Mungkin aku punya motivasi tersembunyi waktu menulis, yang aku sendiripun tidak sadar apa itu. Aku cuma berharap, semoga motivasi itu benar. Sekian.

Jangan Tanyakan Itu

Jangan tanyakan itu. Kalau kau tanyakan, aku tak bisa menjawab. Kalau kau tanyakan, hatiku bisa berubah.

Semua orang punya sesuatu. Sesuatu yang tak bisa mereka jawab jika ditanyakan. Sesuatu yang mengubah raut wajah mereka, jika ada yang menyinggungnya. Setiap orang, bahkan mereka yang hidupnya terlihat sempurna. Semuanya punya, supaya adil. Seperti semua orang mendapat makan malam yang sama, mereka juga mendapat obat pahit yang sama. Mungkin berbeda jenis, tapi semua punya. Supaya kita tidak menjadi sombong. Supaya kita tidak merasa, kita lebih baik dari yang lain. Supaya kita lebih mengerti perasaan orang lain, mereka yang sedang bersedih dan menderita. Tuhan itu adil..

Jumat, 24 Agustus 2012

Jangan Berusaha

Sedikit demi sedikit, aku sudah mengerti poinnya. Jangan berusaha. Aku khilaf, aku selalu berusaha. Berusaha jadi pusat perhatian, berusaha untuk didengarkan. Berusaha untuk terlihat, berusaha untuk dikagumi. Pantas saja, mereka tidak betah.

Randomizing the Night

Sudahlah. Berusaha pun, aku masih tak terlihat. Lebih baik tak berharap. Daripada berharap lalu dijatuhkan. Sementara, aku kembali menjadi ratu galau. Tapi cuma sebentar, cuma intermezzo.

Memang tidak ada orang yang bisa senang terus. Bahagia terus, tanpa sedikitpun terasa sedih.

Bapak penjaga kosku entah kenapa, suka berkata aku galau. Sambil bercanda dan lewat saat mengepel.Aku tertawa dan bilang, aku tidak galau! Memang tidak... Aku cuna bermain handphone. Mungkin aku hanya kurang tersenyum. Memang terbiasa begitu!

Malam ini, saat aku turun dari lantai dua kos-kosanku, aku mendongak ke atas, dan mengintip alam raya lewat udara kosong di atas tangga. Berhenti sebentar, menikmati bintang yang tergantung tinggi. Cantik. Melihat bintang dari atap. Romantis ya?

Kemana arah postingan ini, aku juga tidak tahu. Cuma ingin menulis sesuatu. Good night, vellas!

Psikologi Tidaklah Bodoh


Seorang dosen di fakultasku pernah berkata: Hanya ada dua alasan kenapa seseorang memilih fakultas psikologi. Pertama, karena sering dengar curhat, kedua, karena sering curhat ke orang. Mereka yang sering dengar curhat, mungkin merasa terpanggil untuk menolong orang lain. Mereka yang sering curhat ke orang, mungkin merasa terpanggil untuk menolong diri sendiri... Ini hanya banyolannya, tapi banyak yang tertohok. Mungkin kesimpulan yang enak didengar adalah mencoba menolong diri sendiri dan orang lain. :)

Masih dosen yang sama, ia pernah bilang kalau sekarang ini, banyak psikolog yang pakai common sense untuk menjawab pertanyaan, misalnya di TV. Jawaban yang semua orang juga sudah tahu. Ia bilang, cobalah berpikir kritis. Kalau ada yang promosi macam-macam, cobalah mencari tahu, mencari bukti, mencarri kebenaran. Bukan dengan pendapat sendiri, tapi dengan penelitian. Walaupun belum bisa dilaksanakan penelitian itu, tapi setidaknya, kita sudah mulai berlatih berpikir kritis.

Dosen yang lain, juga pernah menyinggung soal common sense. Begini katanya: Ingat-ingat tujuan kita selama 4 tahun ini: jadi sarjana psikologi. Seorang sarjana psikologi harus berbeda dari orang-orang biasa, harus berbeda dari para penulis psikologi populer, harus berbeda dari mereka yang menjawab dengan common sense. Psikolog, adalah ilmuwan. Ilmuwan menganalisa dengan menggunakan data. Dengan teori.

Masih dosen yang sama, berkata bahwa banyak sekali tulisan dan artikel tentang 'diri'. Itu wajar. Karena setiap orang, pasti punya pengetahuan tentang diri. Diri mereka sendiri, terutama. Tapi seorang sarjana psikologi, menganalisa dengan data dan metode ilmiah. Itu yang membedakan kita dengan orang-orang lain...

Kira-kira semacam itu. Aku senang mengetahuinya, semakin yakin kalau psikologi bukanlah ilmu bodoh seperti yang banyak orang pikirkan...


"Psikolog, adalah ilmuwan."
"Setiap orang, pasti punya pengetahuan tentang diri. "

Rabu, 22 Agustus 2012

Do Not Read.. Forget it. You read it anyway.

This is almost midnight. People have gone to sleep, and I planned to. But these thoughts are making me sad. I don't know. I don't know how to fight them.. yet.
The problem is, I can't differ. Which one is right? Which one is wrong? Even if I could, then i couldn't find anybody here who has the same thought with me. The same way of thinking. God, could You send one, please? I feel so miserable here, so many people makes me think that they are right, and I am.. weird. Yes, they call us weird. Is it true, God? Or is it just they who have such a dumb head? Maybe, this is just not my place? I just don't belong here and I don't need to fit in. I'm confused, God. Do I have to change? If I don't, it's quite hard to survive. Way too hard! Nobody stands by me. Nobody seems to understand my thoughts. Nobody seems to be the same with me. Send me one, God. Send me one.. I need them. Soon. I'm begging..

-a midnight in my room, filled with confusion and dried tears. a personal diary you shouldn't read. it is me who's dumb, to write it here is a stupidity, but it still felt urgent anyway. i just need to write it here idk why-

Minggu, 19 Agustus 2012

"A Leader?" A Morning Interview With Myself..

Q: Menurutmu, apa saja kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin?
A: Hmm... Pertama, kepercayaan diri. Tanpa kepercayaan diri, seorang pemimpin bahkan tidak dapat memimpin dirinya sendiri. Lalu... pikiran yang jernih, yang tenang, tidak panik dalam tekanan. Supaya saat ada masalah, ia tetap bisa terlihat tenang, dan para bawahannya pun mengikutinya. Orang yang tetap tenang pun akan lebih mudah mengambil keputusan. Keputusan yang diambil pun lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi keputusan yang salah/kurang tepat.

Q: Ada lagi?
A: Masih! Banyak. Para pemimpin itu... mereka harus bisa jadi first mover. Berani mengekspresikan diri. Selalu bersemangat dan antusias saat melakukan sesuatu, bahkan ketika sedang berbicara. Mampu mendengarkan, mampu menerima dan melaksanakan pendapat anggotanya, walaupun kurang sesuai dengan pendapatnya pribadi. Harus bisa mengalah dan tidak menyalahgunakan kekuasaannya untuk memaksakan kehendaknya, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Harus bisa melihat suatu masalah dalam suatu gambaran besar, dan menyelesaikannya dalam potongan-potongan kecil. Punya tatapan mata yang bersemangat dan meyakinkan. Selalu berpikir positif = optimistic. Di lain pihak, dia juga harus mampu mengantisipasi masalah yang mungkin akan datang. Seorang pemimpin... tidak boleh mudah menyerah. Samasekali tidak boleh!

Q: Menurutmu, di manakah posisi seorang pemimpin?
A: Menurutku... seorang pemimpin ada di mana-mana. Dia ada di atas, untuk memantau dan mengatur kelompoknya. Dia ada di depan, untuk memberi contoh dan memilihkan jalan untuk diikuti para anggotanya. Dia ada di samping, kanan dan kiri, untuk menjadi teman dan sahabat para anggotanya. Juga, ada di belakang... untuk mendorong para anggotanya, memberi semangat agar terus melangkah maju. Tapi ia tidak boleh ada di bawah, karena pemimpin harus dihormati, dihargai, dan tidak dianggap remeh oleh para anggotanya. Yep, dia harus pandai-pandai menempatkan dirinya sendiri.

Q: Pernahkah kau melihat atau bertemu orang-orang dengan kualitas seperti itu?
A: Pernah. Merekalah yang menginspirasiku saat aku menulis ini. Saat ditanya kualitas-kualitas seorang pemimpin, aku membayangkan kualitas mereka, kualitas yang mereka pakai dalam memimpin suatu kelompok (bahkan kelompok kecil sekalipun). Karena mereka = pemimpin. Kepemimpinan itu, bukanlah suatu label/lapisan yang ditempelkan di pribadi seseorang. Kepemimpinan harus mengalir. Menyatu dengan kepribadian seorang individu. Harus terlihat dalam tindakan-tindakannya setiap hari. Misalnya, berani mengatur dirinya sendiri (sekedar berusaha untuk tepat waktu, atau belajar menahan emosi), punya inisiatif, dan sebagainya. Oh ya, kau tidak bisa berpura-pura menjadi seorang pemimpin. Kalau kau berpura-pura, mereka akan percaya padamu (pada awalnya), mengangkatmu sebagai pemimpin, lalu kau akan mengacaukan semuanya.

Q: Apakah menurutmu semua orang bisa menjadi pemimpin?
A: Ada orang yang terlahir dalam keluarga yang berjiwa pemimpin. Ada anak yang bersekolah di sekolah bagus yang menanamkan nilai-nilai kepemimpinan. Untuk mereka, akan lebih mudah menjadi pemimpin. Bahkan, mungkin mereka telah menjadi pemimpin tanpa mereka sadari. Nah, untuk orang-orang yang tidak seberuntung mereka, akan lebih sulit, akan lebih banyak perjuangan, tapi tidak berarti mustahil. Buktinya saja, ada banyak universitas yang mengiginkan siswanya memiliki jiwa kepemimpinan pada akhirnya. Banyak seminar dan workshop tentang kepemimpinan (leadership), buku-buku tentang itu, artikel di internet, yang membuktikan bahwa kepemimpinan bisa diperoleh dengan usaha. Dan kemauan.

Q: Nah... Kau sendiri, kenapa ingin jadi pemimpin?
A: Mungkin karena aku pemimpin yang buruk. Kalau mau berprestasi, harus bisa jadi pemimpin. Tidak bisa jadi follower saja. Kalau mau beasiswa, harus punya jiwa pemimpin. Kalau mau dapat kerjaan bagus, harus mampu jadi pemimpin. Juga, kalau mau jadi pribadi yang lebih baik, harus bisa jadi pemimpin, pemimpin bagi diri sendiri. Begitulah!

Q: Oh, kalau begitu, saya cukupkan saja sampai di sini. Semoga berhasil ya menjadi pemimpin!
A: Ya... Terimakasih. : )

"Seorang pemimpin ada di atas, ada di depan, ada di samping dan di belakang, tapi tidak boleh ada di bawah."

"Seorang pemimpin harus bisa melihat suatu masalah dalam suatu gambaran besar, dan menyelesaikannnya dalam potongan-potongan kecil."


"Seorang pemimpin tidak boleh mudah menyerah. Samasekali tidak boleh!"

Jogjakarta, 20 Agustus 2012


Sabtu, 18 Agustus 2012

Kami Cuma Penulis Blog

Untuk apa aku menulis? Aku tidak tahu. Aku hanya menulis saja. Sambil sesekali melirik ke masa depan, bertanya-tanya apakah aku akan jadi penulis sungguhan. Mungkin tulisanku naif, tidak sempurna, tapi itulah aku. Aku yang sedang belajar, aku yang tidak akan berhenti belajar. Mungkin aku akan berubah. Suatu hari nanti, aku mungkin akan membuka kembali postingan lama dengan wajah bersemu merah, dan buru-buru menghapus semua yang memalukan. Sama seperti aku di masa sekarang yang malu dan menghapus foto-foto lamaku yang meletakkan dua jariku di bibir. Oh betapa.

Aku, di sini, bersama semua penulis blog lainnya, memang tidak sempurna. Kami bukan orang-orang hebat yang memimpin sebuah negara. Bukan juga motivator yang menginspirasi ribuan orang yang haus akan semangat hidup. Bukan juga penulis buku bestseller yang bukunya dibaca banyak orang dari berbagai kalangan.

Kami bukan orang-orang yang sudah ada di tangga atas, berhasil melewati semuanya, sukses menjalani hidup. Mungkin, kebanyakan dari kami adalah orang-orang yang sedang belajar, berusaha berkembang, dan blog ini--tulisan-tulisan ini--adalah salah satu cara kami untuk berjuang. Kami para pembelajar. Bahkan, orang-orang sukses itu juga masih terus belajar. Idealnya, tidak ada manusia yang bisa berhenti belajar.

Intinya, kami cuma penulis blog. Kami menulis apa yang kami ketahui, seringkali dengan akal pikiran kami yang terbatas ini. Kami berbagi apa yang kami rasakan, berbagi berbagai pengalaman berkesan kami, yang mungkin tidak penting menurut kalian. Kami menyatakan perasaan kami, 'pencerahan' yang kami dapatkan, dan maafkanlah kami jika terkesan sedikit menggurui.

Jika sedikit yang tidak suka tulisan kami, dan banyak yang suka, kami akan sangat senang, dan setiap pujian akan kami jadikan motivasi untuk menulis lagi dan lagi. Tapi jika banyak yang tidak suka tulisan kami, dan sedikit yang suka, berarti mungkin kesalahannya ada pada kami. Kalau sudah begitu, kami tidak akan bisa apa-apa, kecuali kalian--para haters--bersedia memberitahu kami. Kalau tidak, cukup doakan saja kami, supaya suatu hari nanti, kami bisa berubah dan dengan wajah bersemu merah, berusaha menghapus postingan-postingan yang memalukan. :)

Jangan Ucapkan Kata Ini

Jangan pernah ucapkan kata ini pada orang lain, karena kita juga mungkin pernah melakukannya. Jangan pernah menuduh orang lain dengan kata ini, karena mungkin kita juga sedang dituduh. Jangan ucapkan kata ini : munafik.

Kemunafikan itu sederhana. Tersebar dalam percakapan kita. Dalam hubungan percintaan kita. Dalam tindakan kita, dalam kebohongan kita. Dan sebersih apakah aku ini, sampai sanggup bicara soal kemunafikan? Aku hanya ingin bilang, kita semua sama.

Mereka yang Berbeda, Mereka Ada

Ada, tipe orang yang berbeda. Tipe orang yang mungkin... sulit ditemukan. Mereka yang tidak sama. Mereka yang terkadang, membuat orang lain bingung. Membuat orang lain tidak mengerti, dan bertanya mengapa? Atau berucap, aneh. Atau membuat orang berdecak sambil berbisik, dia terlalu baik.

Itu mereka, orang-orang yang tidak pernah marah. Mereka yang merendahkan pijakan mereka sendiri, untuk mengangkat orang lain. Mereka yang diam saat dimarahi, atau merelakan saat dikhianati. Mereka yang tidak tahu cara membalas ejekan. Atau bahkan, sekedar candaan. Mereka yang merasa berdosa dan jahat, hanya ketika mereka mencoba untuk bercanda sambil 'menghina'. Mereka ada.

Mereka ada, dan kau tahu, mereka beruntung. Karena beberapa di antara mereka, dikelilingi oleh malaikat-malaikat paling baik di dunia. Malaikat-malaikat yang tahu, mereka harus menjaga hati yang lembut ini. Yang melindungi mereka, saat mereka tidak tahu bagaimana melindungi diri sendiri. Yang tidak segan-segan marah besar, saat tahu ada orang yang tega menyakiti mereka. Malaikat-malaikat itu simpel, mereka disebut 'sahabat'.

Aku tidak membicarakan diriku sendiri, karena aku tidak memiliki semua sifat itu. Mungkin ada beberapa di antaranya. Tapi aku akhirnya tahu satu dua orang yang seperti itu. Dan sadar, bahwa kami beruntung. Karena aku pun, punya malaikat-malaikat itu. :)

Selasa, 14 Agustus 2012

Hari Pertama... Belajar Psikologi!

Hai. Ini hari pertama saya belajar psikologi. Senang? Iya! Kenapa? Karena... ternyata psikologi memang menarik. Menurut saya, karena mungkin banyak orang yang tidak tertarik. Tadi, baru saja belajar psikologi kepribadian. Menyenangkan sekali! Kami belajar tentang teori-teori, tentang penggagasnya, tentang definisi kata, yah mungkin terlihat sedikit membosankan. Tapi buatku, tidak. :]

Aku belajar banyak hal tentang psikologi hari ini. Akan kutuliskan yang kuingat. Siapa tahu ada seseorang yang ingin tahu.

Pertama-tama, kami belajar mengenai kata 'teori' dan definisinya. Syarat-syarat suatu teori yang baik itu, harus merupakan beberapa pandangan yang dapat dirangkaikan dalam satu tema, dapat diuji, konsisten.
Diajarkan cara berpikir orang Jerman dan orang Amerika yang berbeda. Para ahli psikologi di Amerika terutama mengumpulkan berbagai data dan bukti, lalu dari data-data itu menyimpulkan suatu teori yang sah. Nah, kalau di Jerman, kebalikannya. Suatu teori dinyatakan, baru setelah itu dibuktikan dengan keberadaan data-data. Benar atau salah. Kalau menurut pendapatku, sepertinya sang dosen merujuk cara berpikir orang Jerman yang lebih baik. Tapi aku tidak begitu memperhatikan bagian itu tadi..

Lalu diajarkan bahwa suatu teori itu harus bisa mengembangkan penelitian. Jadi, seperti sebuah siklus. Teori dibuat, lalu dibuktikan, lalu ternyata teori itu kurang lengkap/kurang tepat, lalu hasil pembuktian itu akan merevisi teori yang sebelumnya sudah ada. Pusing? Ya sudah, tidak usah dipikirkan.

Aku ingat bahwa tadi dikatakan bahwa suatu penggagas teori, yang terkenal seperti Freud, Jung, Erikson, dll ternyata membawa kepribadian mereka sendiri di dalam teori mereka. Aku cukup terkesan dengan hal itu, dan bahkan setiap teori pun punya kepribadian bawaan dari pencipta mereka. Lalu sang dosen yang ialah seorang biarawati, juga mengungkit sedikit soal tes kepribadian. Bahwa dalam suatu tes, hal yang paling membuat rumit adalah manusia itu sendiri. Bahwa manusia itu sangat kompleks. Ia bisa bertindak introvert di suatu waktu, dan pada situasi lain ia bisa menjadi ekstrovert. Kira-kira seperti itu.


Yah, cukup sudah penjelasan ulangnya. Sebenarnya bukan hanya itu, masih banyak lagi. Tapi, toh tidak ada yang mau membaca seperti itu. Aku cuma  sekalian ingin mengetes, apakah aku masih ingat. Orang bilang, kalau kita sudah bisa menjelaskan kembali dengan kata-kata kita sendiri, artinya kita sudah benar-benar paham. Dan... taraaaaa.. aku paham. :]

Yang pasti, aku menikmati pelajaran ini. Aku tidak mengantuk sama sekali, aku mengangguk-ngangguk kalau setuju dan merasa senang, aku merasa ingin membaca lagi dan lagi dan tahu semuanyaaa! Mungkin ini yang orang bilang passion. Yang buat kita semangat, buat kita nggak terpaksa, buat kita nggak terbebani. Tadi aku terpikir, aku sudah bukan siswa SMA lagi. Yang belajar malas-malasan, harus belajar semuanya, harus dapat nilai bagus. Di sini, kita sudah memilih sendiri apa yang kita mau, yang kita minati, jadi tentunya salah kalau kita malas-malasan. Di sini, kita mempelajari apa yang kita ingin pelajari. Singkatnya, bukan seperti  seorang siswa SMA yang HARUS belajar, tapi seperti seorang PROFESOR yang ingin tahu dan ingin tahu dan ingin tahu semuanya...

Yah. Sudah cukuplah cuap cuap sok tahu ini. Saya cuma ingin berbagi. Kalau naif, maafkanlah. Manusia tidak sempurna. Para penulis blog juga tidak. So, enjoy your day, dan semoga Tuhan memberkati langkah kita, supaya sukses nantinya! Amin!

"Cari tahu apa kesukaanmu. Jadilah hebat di bidang itu. Pelajari semua yang ingin kau tahu, dan jadilah yang ada di atas. Pada akhirnya, kau yang tidak memikirkan uang akan berlimpah dengan uang yang datang dengan sendirinya." (amin)

Senin, 13 Agustus 2012

Tapi Aku Menyukainya, Kawan

Teman-teman, berubahkah aku? Ya, aku berubah. Aku sendiri... lumayan merasakannya. Aku tidak tahu kalian menyukainya atau tidak, tapi aku menyukainya, kawanku. Rasanya senang. Kalau kalian tidak suka, kalian bisa bilang padaku. Mungkin perubahanku ada yang salah. Tapi jangan menjauh dariku. Maafkan aku kalau percakapan kita jadi terasa berbeda. Maafkan aku kalau kalian harus menyesuaikan diri lagi. Tapi aku harus berubah, karena memang itu keinginanku dari dulu. Aku harap kalian menyukainya. Tetap jadi sobatku, ya. Kalau kalian masih mau...

Kalau Aku Menelepon Mamaku, Aku Tidak Manja!

Kalau aku selalu mau pakai helm walau dekat, atau selalu melapor pada mama tentang kejadian-kejadian baik ataupun buruk, atau selalu minta izin dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak bohong pada mama, itu bukan karena aku anak manja. Bukan karena aku anak mami. Bukan karena aku pengecut dan takut melawan. Aku hanya sadar, tugas mama dan papa untuk mendidikku. Hidupku akan jadi lebih baik, selama ada yang mengontrol dan memantau perkembanganku. Dan itu hanya bisa terjadi kalau ada kejujuran. Aku mengerti cara kerja mama. Aku dan mama, kami adalah tim. Dalam tim, ada kepercayaan. Aku sudah mendapat kepercayaan itu. Dari mama, dan papa juga. Sejak kecil. Dan percayalah, seorang anak yang diberi kepercayaan rasanya akan berbeda dengan seorang anak yang melakukan tugas orangtuanya karena takut akan paksaan.
Jadi, kalau aku menelepon mamaku dan menceritakan hal-hal yang mungkin tidak akan kau ceritakan pada ibumu, jangan tertawai aku. Aku hanya mencoba menjadi anak yang baik, walaupun sering juga aku menyakiti orangtuaku. Aku minta maaf ma, pa, dan terimakasih sudah jadi orangtua yang sangat baik sekali, untuk aku dan Piter. :]

Kalian, Ya, Kalian Beruntung!

Kalian beruntung. Kalian, orang-orang yang punya sedikit bakat, punya kemampuan terbatas. Orang-orang dengan bakat yang banyak dan berlimpah akan tertidur. Terbuai, yakin dengan masa depan mereka, sementara kalian berjuang, bekerja, mengubah sedikit yang ada pada kalian menjadi harta yang berlimpah. Berjuanglah! Lihatlah kesempatan dan saliplah mereka dengan semangat kalian!

Tuhan, Ini Untuk Sahabatku

Tuhan, terimakasih untuk sahabat-sahabatku. Mereka yang sudah ada sejak lama. Selalu berusaha untuk tetap jadi satu, walaupun terlalu banyak perbedaan di dalamnya. Mereka yang selalu berusaha untuk menjagaku tetap ada di dalam mereka, walau aku tidak memberikan banyak untuk mereka, pada awalnya. Mereka Borobudur. Bukan geng, kata mereka, walau kadang-kadang kami bersikap seperti geng-geng pada umumnya. Mereka sepuluh orang sahabat SMA yang berusaha tetap jadi sahabat, walaupun sudah terpisah oleh jarak dan teman-teman baru. Dan sampai sekarang, kami masih sahabat. Tuhan, panjangkanlah umur persahabatan kami. :]

Tuhan, aku juga punya teman-teman baru. Terimakasih. Mereka juga baik, senang rasanya. Engkau beri kami kekompakan dan persahabatan baru yang menyenangkan. Mereka baik, peduli padaku. Semoga saja sampai nanti sikap mereka juga masih tetap bersahabat.

Tuhan, terimakasih untuk sahabat-sahabatku. Mereka hadiah yang indah, yang kau berikan untuk membantuku menghadapi hidup. Membantuku saat aku menangis. Dan membantuku mempelajari hal-hal baru. Jaga mereka, ya Tuhan. Beri mereka tidur yang nyenyak malam ini.

Selamat Malam, sahabat. :]

Selasa, 07 Agustus 2012

Pembangkang

Biar kuberitahu, ya. Dulu aku anak pembangkang. Bukan pembangkang yang sering dugem-dugem keluar dan ikut geng motor, LOL itu kejauhan. Apalagi buatku. HAHAHA. Pembangkangku itu... nggak mau ngalah. Sama siapa aja. Tapi paling sering, sama orang tua. Sama mama.

Oh ya, aku pernah bercerita tentang kos baruku, kan? Ternyata, aku memang terlalu cepat menyimpulkan. Biar kuceritakan lagi.

Aku menelepon mamaku. Dan sesekali bercerita tentang itu. Aku bilang, aku tidak bisa berteman dengan mereka. Mama bilang, kenapa? Kubilang, mereka sudah berteman dari dulu, jadi susah buatku kalau mau ikutan. Mama menyanggah dan bilang, tidak boleh begitu~ Kan teman satu kos. Sudah seperti keluarga lah, anggap saja begitu. Kataku, sudah kucoba ma, tapi cuma sebatas saling nyapa, terus udah. Lalu mama memberi wejangan lagi, aku lupa sih isinya, tapi yang pasti, aku tidak membantah seperti biasanya. Aku mengalah dan akhirnya bilang, oke deh ma. Sesuatu yang dulu tidak akan mungkin kulakukan.

Dan ternyata, semua jadi lebih baik.

Ada Yang Bilang

Ada yang bilang, aku beruntung. Punya semuanya. Bisa semuanya. Tapi, tidak juga. Mungkin ini masalah persepsi. Mereka bilang aku pintar. Mereka bilang aku berbakat. Aku mungkin bersyukur saja, tapi aku tidak sudi dianggap jauh di atas mereka. Toh aku juga menganggap orang lain seperti itu. Aku bilang mereka supel. Aku bilang mereka percaya diri. Pada akhirnya, yang kita lihat dari orang lain itu... apa yang tidak kita miliki. Atau, apa yang ingin kita miliki. Iya atau tidak? Mungkin saja. Tidak tahu deh.

Dulu, Aku Bukan Manusia

Aku manusia. Punya badan, punya pikiran. Tapi aku belum punya hati. Dulu.

Dulu, aku tidak peduli kalau ada yang meninggal. Sebenarnya bukan tidak peduli, tapi tidak bisa jadi sedih. Aku mau ikut-ikutan sedih seperti yang lain, tapi tidak bisa. Bagiku, kematian itu hal biasa. Semua orang pasti akan mati. Mungkin aku akan sedih kalau kisahnya tragis atau semacamnya.

Dulu, aku juga tidak mengerti kalau ada yang menangis. Teman-temanku yang lain bisa menghapus air mata temannya, lalu ikut-ikutan diam dan menunduk. Tapi aku tidak bisa. Menurutku itu konyol. Aku cuma bisa berdiri mematung dengan canggung, tidak tahu harus berbuat apa.

Tapi sekarang, ada sesuatu yang mengubahku. Aku tidak akan bilang itu apa, atau siapa, yang pasti aku sangat berterimakasih.

Ada yang salah denganku. Masalahnya adalah, aku tidak bisa ikut merasakan yang orang lain rasakan. Apa ya sebutannya? Empati kah? Aku lupa. Tapi kalian pasti mengerti maksudku.

Biasanya, aku tidak pernah punya masalah yang cukup mengganggu hari-hariku. Kalaupun dulu aku menangis atau stres atau apalah itu, itu cuma karena pikiranku sendiri yang membandel dan menyakiti diriku sendiri. Tapi kali ini, aku menangis karena benar-benar ada masalah. Dan waktu itu, yah, anggap saja aku sedih sekali.

Biasanya, kalau aku sedang sedih, aku akan tetap pura-pura senang dan tertawa seperti biasanya. Atau sesekali menertawakan diriku sendiri di depan orang lain. Aku tidak butuh rangkulan dari teman-temanku, yang ada aku malah jadi malu kalau dikasihani, entah kenapa. Mungkin egoku yang terlalu tinggi menghalangiku untuk meminta bantuan dari teman-temanku. Mungkin aku yang biasanya berdiri sendiri, jadi malu kalau mencoba menjadi lemah di depan orang lain.

Tapi kali itu, aku tidak bisa sendirian. Waktuku hampir habis dan aku harus pulih secepat mungkin. Lagipula, aku tidak bisa lagi pura-pura senang. Waktu itu (pelan-pelan memang, tidak langsung), aku memotong sedikit demi sedikit egoku. Dan saat itu aku sadar, bahwa aku butuh teman-temanku. Baru kali itu aku mengerti rasanya ditemani dan dihibur saat hatimu sedang ada di tingkat paling bawah. Aku baru mengerti rasanya punya 'masalah'. Punya sesuatu yang pantas ditangisi. Atau, mengerti rasanya kehilangan seseorang. Sekarang aku mengerti, orang-orang yang sedang sedih (sangat) butuh dihibur. Itu bukan kekonyolan atau sekadar formalitas seperti yang selama ini kukira. Dan untuk bisa menghibur, kau harus bisa mengerti dulu. Aku bersyukur. Karena akhirnya aku punya hati, yang bisa mengerti hati orang lain. Mungkin ini baru sedikit. Mungkin masih banyak yang belum aku mengerti. Tapi aku tetap senang. Maka kutuliskan di sini.

Rabu, 01 Agustus 2012

Kotak Korek Api

Seorang dosen di universitas baruku waktu itu menyampaikan sebuah sebutan. Dan belum pernah kulupakan sampai sekarang: kotak korek api. Mungkin itu sudah terkenal, hanya aku saja yang baru mendengarnya... Tidak tahulah. .__. I'll write it here, buat yang belum pernah dengar juga...

Seekor kutu anjing sebenarnya bisa melompat jauh sekali. Tapi seseorang memasukkannya ke dalam sebuah kotak korek api. Kutu anjing itu melompat, tapi tertabrak. Tidak bisa melompat tinggi. Kutu anjing itu pun menyesuaikan lompatannya, sampai akhirnya ia tidak mampu lagi melompat setinggi yang biasanya. Bahkan, setelah dikeluarkan pun, dia hanya bisa melompat setinggi batas kotak korek api...

Aku terkesan, karena banyak kejadian seperti itu. Entah aku yang mengalami, entah melihat pengalaman orang. Senang rasanya bisa tahu istilahnya. Dan jadi yakin kalau fenomena seperti itu memang ada.

Aku dan Kos Baruku

Aku dan kos baruku. Hanya penghuni sebuah kamar di lantai atas yang hampir tak berteman. Dekat, tapi jauh. Ada tiga mahasiswa baru juga di lantai bawahku, di mana aku selalu melewati kamar mereka dan aku, sesekali menyapa. Mereka menganggapi, tapi hanya sebatas itu. Tidak terlihat ingin menjalin hubungan pertemanan yang lebih. Aku mengerti. Mungkin, karena mereka sudah berteman lebih dahulu. Atau mungkin, memang tidak cocok. Atau mungkin juga, mereka tidak suka padaku. Atau bisa jadi, aku cuma terlalu cepat menyimpulkan...

Aku dan kos baruku. Hanya penghuni sebuah kamar di lantai atas yang ditempatkan paling ujung. Paling ujung dari sebuah lorong yang hanya terdiri dari dua kamar, sebenarnya. Tapi terkadang, sepi. Tidak ada orang yang lewat di depan kamarku, mengibaskan angin sembari berjalan melewati pintuku. Kakak yang tinggal di sebelahku sebenarnya juga sering keluar masuk kamar, menimbulkan suara gaduh membuka kunci, tapi hanya sebatas itu. Atau suara percakapan dengan kakak di kamar sebelahnya lagi, yang kelihatannya mereka sudah berteman cukup dekat dan punya kegiatan mereka sendiri. Pernah aku bicara dengan mereka, mengobrol sebentar tentang OSPEK dan laundry, lalu percakapan terhenti dan suasana menjadi canggung dan menggantung. Lalu selesai. Sebatas itu.

Jadi, tinggal aku dalam kos baruku, yang sesekali bernyanyi di kamar mandi dengan suara keras, tidak begitu mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, aku menikmati hidup baruku, kok. :)

Gila Hormat

Aku bolak-balik mengecek dasbor bloggerku, mencari tahu berapa banyak tampilan yang sudah ada. Berapa kali orang membaca blog ini. Tapi... untuk apa? Untuk menghibur diri, aku berkata bahwa aku melakukannya karena aku tidak ingin tulisanku terbuang begitu saja, tanpa sempat singgah di pikiran para 'pembaca yang setia'. Mungkin saja benar. Tapi mungkin juga, aku cuma gila hormat... Belakangan ini, aku suka mengecap diriku seperti itu. Mungkin saja benar. Aku kan tidak bisa begitu yakin, kecuali ada orang yang memberitahuku. Tapi tidak ada yang memberitahuku. Kupikir, mereka pasti tidak berani. Atau mungkin, mereka tidak peduli dengan urusan pribadi masing-masing. Atau mungkin, aku hanya kurang terbuka untuk jadi orang yang bisa mereka ajak bicara soal itu...

Aku Belajar

Aku banyak belajar. Aku belajar bahwa suka membaca itu benar. Aku belajar bahwa menyapa duluan itu tidak apa-apa. Aku belajar bahwa kita tidak perlu tampil sempurna. Aku belajar bahwa suka menulis terkadang memang terkesan naif, tapi itu cukup baik untuk mengembangkan diri. Aku belajar bahwa selama kita tidak melakukan hal yang salah, itu sah-sah saja untuk dilakukan. Aku belajar untuk lebih menghargai tindakan apapun yang kuambil.

Aku belajar untuk bangun pagi dengan pikiran yang positif. Aku belajar bahwa tidak semua orang bisa kita jadikan teman begitu saja. Aku belajar bahwa orang-orang bergaul dengan cara yang berbeda. Aku belajar bahwa apa yang dia katakan benar, belum tentu benar. Aku belajar bahwa kalau orang lain bodoh, kita tidak perlu jadi bodoh untuk bisa berbaur dalam candaannya. Aku belajar bahwa momen yang canggung itu wajar dan terjadi di antara orang-orang supel sekalipun. Aku belajar bahwa orang-orang kaya ternyata juga menyetrika baju mereka sendiri, sesuatu yang dulunya jarang sekali kulakukan. Aku belajar bahwa persahabatan itu sangat penting, walaupun aku baru bisa menyadarinya setelah aku merasa diabaikan atau ditinggalkan. Ada banyak sekali yang kupelajari--tidak bisa kutuliskan semuanya di sini!

Kamu Benar, Aku Salah. Tidak Lagi!

Belakangan ini, aku dapat satu hal baru. Hal yang penting banget buatku pribadi. Banget! Aku belajar kalau dalam soal karakter, nggak ada yang salah, dan nggak ada yang benar. Paham? Well... Selama ini, aku selalu ngerasa kalau sikapku itu salah. Orang lain yang benar. Bahkan dalam hal-hal sepele. Dalam 'siapa yang menyapa duluan', dalam hobi dan kebiasaan. Aku suka membaca. Suka menulis. Suka menonton film-film yang tidak disukai kebanyakan orang. Suka membaca novel terjemahan yang tebal-tebal. Suka musik yang tidak terkenal, tidak suka musik pop yang selama ini beredar di pasaran anak muda. Suka warna yang soft dan padu, bukan warna ngejreng dan berani. Suka pakai kaos, tidak suka pakai accesories macam-macam. Tapi bertahun-tahun, aku dijejali fakta bahwa seleraku salah. Seleraku aneh. Aku ketuaan. Dan bodohnya, aku percaya. Aku benar-benar percaya bahwa seleraku salah, dan selera mereka yang benar. Lalu aku mulai belajar, belajar untuk menjadi seperti mereka. Untuk mendapat perlindungan dalam kesamaan, untuk mendapat dukungan dan kesenangan. Aku cukup lama 'tersesat' sampai perlahan-lahan, aku bertemu satu-dua orang yang... sebutlah menginspirasiku. Mereka mungkin bukan siapa-siapa. Bukan tokoh ternama atau orang bijak, tapi mereka adalah orang-orang yang sama denganku. Bedanya, mereka berani menunjukkan kalau mereka berbeda. Bedanya, mereka tidak pernah menganggap kalau pilihan mereka itu sesuatu yang salah. Lalu aku mulai sadar... Yah begitulah. Cukuplah bermelankolisnya! Aku hanya anak yang kurang percaya diri--benar kata orang-orang. Tapi aku tidak pernah berhenti mencoba mengubahnya. Goodluck, Geb!

Kamis, 26 Juli 2012

Pahlawan Tak Dikenal

Hari ini, aku bertemu dengan seorang pahlawan. Tukang becak. Yang mengantar kami dari Kotabaru sampai ke Babarsari, dengan bayaran yang tidak pantas. Dan kamilah orang-orang kejam itu. Aku dan mama. Yang membayar hanya dua puluh ribu untuk perjalanan sejauh entah sejauh apa. Jauh sekali. Mungkin terlalu jauh untuk perjalanan sebuah becak, dan untuk seorang tukang becak yang kurus dan berambut tipis.

Itu mungkin bukan becak pertamaku di Jogja. Yang ketiga, tapi semuanya dinaiki di hari yang sama, hari itu juga. Tapi dialah yang memperkenalkan segala sesuatu tentang becak kepadaku. Atau mungkin, hanya sebagian kecil dari kehidupan seorang tukang becak. Wajar, aku baru beberapa kali naik becak seumur hidupku. Aku ingat saat dia lewat dan menyapa banyak orang. Aku ingat saat kami berpapasan dengan tukang becak lain, yang memiliki raut wajah yang melawan terik matahari, tapi tetap tersenyum senang saat disapanya. Aku ingat saat jalan mendaki, dan becaknya melambat karena dia harus mengayuh lebih kuat.
Aku ingat saat kami sudah berjalan cukup jauh, dan becak itu benar-benar melambat tanpa ada halangan apa-apa di depan. Aku tahu dia ingin istirahat, jadi dia melambatkan becaknya, lambat sekali. Aku juga ingat saat tanjakan cukup tinggi, dan dia harus turun dari sepeda untuk mendorong kami berdua yang cukup berat.
Aku merasa ngeri sepanjang perjalanan, terutama saat jalan terasa begitu jauh dan jauh dan jauh sekali, rasanya tidak sampai-sampai. Ngeri membayangkan usaha tukang becak itu. Dan kami tidak berhenti sama sekali. Aku berpikir, mungkin aku bisa mengajaknya berhenti sesekali. Dia pasti capek. Dan melambatkan becak mungkin tidak cukup, untuk jalan sejauh itu. Kalaupun dia menolak, aku bisa berdalih aku ingin membeli minum di pinggir jalan. Jadi sekalian dia bisa beristirahat dulu. Tapi aku tidak melakukannya. Tidak cukup pede. Mama tertidur, tidak tahu apa-apa.

Saat-saat paling tragis adalah saat membayar. Dari balik atap becak yang membuatku tidak bisa melihat wajahnya, aku bisa melihat dadanya bergerak naik turun, ngos-ngosan. Berkeringat. Tapi mama yang baru bangun pun tersenyum sumringah karena sudah sampai, dan mengeluarkan dompet. Aku jadi deg-degan. Berharap mama akan membayar lebih untuk orang itu. Memberi bayaran yang pantas. Mama mencari-cari uang, tapi tidak menemukan uang kecil. Dalam hatiku, uang besar saja! Yang benar saja, dia tidak pantas dapat uang kecil! Tapi mama menemukan uang lima belas ribu dan memberikannya padanya. Aku memalingkan muka. Entah bagaimana perasaanku waktu itu. Ternyata dia minta lagi. Aku sempat berusaha memberitahu mama, tapi mama tidak begitu menangkap maksudku. Akhirnya dia dibayar dengan uang dua puluh ribu. Selembar uang sepuluh ribu dan dua lembar lima ribuan. Mataku tidak lepas darinya dan becaknya saat ia berlalu dan menghilang di belokan jalan. Pak tua yang malang.

 Akhirnya aku memberitahu mama. Dan mama menyesal. Sangat! Sangat menyesal. Mama bukan orang jahat. Bukan orang pelit. Bukan orang yang tega nawar terlalu banyak. Mama selalu mangajak orang-orang seperti itu untuk bercakap-cakap. Tukang becak, supir taksi, satpam, penjaga warung, pencuci baju… Ditanyakannya kegiatannya, pekerjaannya, keluarganya, hidupnya… Dan mereka selalu menjawab dengan senang. Tidak pernah ada orang yang cukup cuek untuk menjawab pertanyaan mama dengan dingin. Mama selalu berusaha membayar lebih. Tukang becak pertama yang kami naiki hanya minta limabelas ribu, tapi mama memberi lebih karena sudah menunggu kami mencetak foto. Supir taksi yang baik hati diberinya uang tambahan, juga karena sudah mematikan argo saat menunggu kami berbelanja.

Kali ini, mungkin bukan salah siapa-siapa. Situasinya yang salah. Mama tertidur. Aku kurang pede dan masih cenderung ikut apa saja yang mama lakukan. Uang di dompet tidak ada yang pas. Tukang becaknya hanya minta dua puluh ribu.

Kami menyesal sekali. Sedih rasanya mengingat hal itu. Rasanya kami punya hutang. Rasanya kami sudah jadi kejam sekali. Tapi mau bagaimana lagi, aku juga tidak ingat lagi dengan wajahnya... semua mirip. Mungkin hanya bisa kutebus dengan tidak mengecewakan tukang becak lainnya.. 

Rabu, 25 Juli 2012

Aku, Serangga, dan Diktator


Aku melihat serangga. Seekor anak serangga. Begitu kecil. Sepintas ada rasa ingin melindungi. Membiarkan anak serangga itu tumbuh dan menjadi dewasa. Tapi aku lalu terpikir… jikalau aku tergigit olehnya, akankah rasa itu tetap ada? Mungkin aku akan menjadi miniatur dari para diktator yang kejam, yang membunuh dan memusnahkan. Yang akan menghancurkan suatu kelompok jika dirasanya merugikan, memunculkan bisik-bisik lemah dan jeritan tertahan tentang keadilan dari para rakyat kecil. Karena aku mungkin akan menginjak semua serangga yang kulihat, karena takut mereka akan menggigit, hanya karena satu serangga kecil telah menggigit kakiku.

Selasa, 17 Juli 2012

56

Dunia tak selamanya adil. Bahkan, jarang sekali. Kau tidak pernah bisa berharap pada dunia. Lebih baik menyiapkan hatimu untuk yang terburuk. Tapi, berpikir positif itu menyenangkan. Bagaimanapun juga.

55

Perpisahan ini--detik-detik menuju perpisahan ini--mungkin bisa disamakan dengan menonton film. Kita tahu film itu pasti akan berakhir, dan begitu juga dengan kesenangan yang ditimbulkannya. Tapi kita tidak pernah bersedih untuk itu, karena filmnya akan berakhir. Kita tetap menikmati cerita, bahkan di detik-detik terakhir sekalipun...

44

Ternyata, sulit untuk menjadi orang yang benar-benar benar. Hampir mustahil. Atau memang sudah ditakdirkan begitu? Untuk mencegah kesombongan kita...

Kamis, 12 Juli 2012

Entahlah... Saya Juga Bingung.

Entahlah. Saya masih bingung. Bagaimana saya berubah dari satu hari ke hari yang lain.
Yang manakah diri saya? Apakah saya sedang berubah menuju diri saya yang sebenarnya, atau malah menjauh?
Entahlah. Siapa yang tahu...

Aku dan Kenaifanku

Naif. Aku nggak tahu apa arti kata itu, mungkin karena aku masih naif.
Sama seperti aku yang nggak tahu apa arti kata sombong ketika aku masih menyombongkan diri diam-diam.
Lebih tepatnya bukan nggak tahu, tapi nggak mau tahu.

23

Suatu hari nanti sebagai psikolog.. Bila ditanya, siapa pasien pertamamu? Akan kujawab : aku sendiri.

22

Dulu, aku begitu takut dibenci. Sekarang, aku tidak begitu peduli.

19

Wanita yang baik harusnya bisa melihat pria dengan hati yang terbaik, tanpa terhasut oleh tampaknya paras.
Wanita yang indah menghargai keindahan. Juga menghargai orang-orang yang mengerti keindahan..

18

Aku belajar banyak dari orang lain. Simpel, karena aku ingin menjadi seperti orang lain.

16

Ketika aku menghadapi sebuah persoalan, aku akan berjuang mengatasinya dan bersyukur, karena aku akan punya sebuah cerita perjuangan yang menarik bila aku sudah sukses nanti. :)

11

I don't know. I don't deserve this much attention. Rasanya baru kemarin semua orang mengabaikanku dan aku menangis dalam keterpurukanku.

10

Saat TUHAN memberiku damai, rasanya pikiranku terbuka dan mengatakan : tidak mungkin ada hal lain yang bisa memberikan perasaan seperti ini. Tidak gedung-gedung megah, tidak makanan yang super enak, tidak pengalaman-pengalaman yang pernah kurasakan. Tidak, dunia tidak bisa melakukan itu.

9

Aku yang dulunya tidak mengenal Roh Kudus, kini pulang membawa Roh Kudus yang tinggal di dalam aku.

8

Aku senang saat TUHAN mengunjungiku. Mengalir dalam darahku, berdetak cepat dalam jantungku, dan bergetar dalam jiwaku. Ia menggerakkan tubuhku, membuatku merasa ringan melayang.

7

Hari-hariku memang bertambah baik. Mimpi-mimpiku, yang dulu membuatku sedih karena terlihat terlalu jauh, sekarang mulai terpenuhi satu per satu. Dan aku mulai kehabisan mimpi.

6

Waktu itu, aku pergi hanya dengan satu tujuan : mencari Tuhan. Dan aku memang menemukanNya. Aku pergi dengan tangan kosong, dan pulang membawa damai yang dititipkan Tuhanku. Tapi bukan untuk sementara--untuk selamanya.

When I Got It All


So... here I am. Finally sitting peacefully,
watching my life getting better and better, day by day.

Penulisku sudah mengatur semuanya.
Mungkin aku sudah melewati waktu-waktu yang sulit, di mana setiap halamannya dipenuhi dengan gambaran situasi yang menegangkan dan kata-kata sifat yang menjatuhkan perasaan. Sekarang aku sudah masuk ke halaman-halaman akhir, di mana semuanya terasa benar, hari-hari semakin cerah, dan matahari bersinar lebih terang. :)

Thank you, My Lord, yang sudah menyelesaikan masalah-masalah di halaman-halaman pertengahan itu. Untuk memberiku rangkaian kejadian tak terduga yang mengubah hidupku, mungkin selamanya. Pengalaman patah hatiku, teman-teman baru, keluarga yang (awalnya) tidak kusukai, kegiatan-kegiatan, seminar dan retret, buku dan novel, semua yang Kau sediakan untuk kucicipi satu per satu, yang ternyata membawaku sampai di sini.

Aku ada di akhir halaman, tapi ini bukan akhir hidupku. Seperti cerita di novel-novel, ini baru awal dari semuanya. Judul buku yang lain mungkin menanti di depan sana.

Rabu, 11 Juli 2012

Somebody That I Used to Know

now and then i think of when we were together 
like when you said you felt so happy you could die 
told myself that you were right for me 
but felt so lonely in your company 
but that was love and it's an ache i still remember 

you can get addicted to a certain kind of sadness 
like resignation to the end, always the end 
so when we found that we could not make sense 
well you said that we would still be friends 
but i'll admit that i was glad it was over 

but you didn't have to cut me off 
make out like it never happened and that we were nothing 
and i don't even need your love 
but you treat me like a stranger and that feels so rough 
no you didn't have to stoop so low 
have your friends collect your records and then change your number 
i guess that i don't need that though 
now you're just somebody that i used to know 

now you're just somebody that i used to know 
now you're just somebody that i used to know 

Hellow. Time to post something a little bit... personal, maybe? Hehe. 
It's a song. And those lyrics are SUPER related... to me. I'm glad. At least, I'm not the only one who feels it. A million people like this song, too. Maybe they feel related too?

Yeah, Boy. You didn't have to cut me off. I don't even need your love (anymore), but you treat me like a STRANGER and that feels so ROUGH. I admit it : I was glad it was over. I am..


Nah. Now let me say something for addition : thank you for anything. I'm not mad since we communicate again that time. A million thank you for your time, your effort, anything. Those time was precious, I won't forget those. I always thank Lord for giving me that chance. Thank you.

Selasa, 05 Juni 2012

Maaf Mbak...

Kemarin... pergi ke mall dan menemani mama memilih sepatu... Mama memilih satu sepatu hitam, dan menanyakan pendapatku. Aku bilang tidak, entah kenapa terlalu ngejreng. Mama bersikeras menyukai sepatu itu dan menanyakan lagi kepada penjualnya. Eh dijawabnya 'nggak usah didengerin anaknya bu, kan tomboy...'

Maaf mbak, saya nggak tomboy. Saya punya hati seorang perempuan. Penampilan saya mungkin tidak sefeminin wanita-wanita lainnya, tapi saya punya perasaan selembut para ladies yang ada di luar sana. I like dolls, I love listening to the love songs or watching drama movies, I love sweet things, Aku mudah tersinggung dan sakit hati, bahkan oleh kejahatan pikiranku sendiri. Aku gampang nangis kok, cuma gengsiku yang terlalu tinggi membuatku sulit memperlihatkannya pada orang lain. I can feel what people feel. See? Aku cewek tulen kok...

Life Lesson #5

Perfect is not needed. Nggak harus sempurna di setiap kesempatan, di setiap penampilan di depan orang lain. Bahkan nggak harus sempurna waktu bergaul dengan orang lain. People want you to be just yourself... That is the thing I still learn until today!

Senin, 04 Juni 2012

Mimpi yang... (sementara) gagal. Lol.

Belakangan, aku punya banyak mimpi. Dari yang paling sederhana, pingin jualan pudding. Sigh. Padahal baru juga belajar bikin. Haha. Tapi aku berpikir, nggak harus pandai kan untuk bisa buka usaha? Sebenarnya aku takut diejek sama orang yang udah pro, takut dibilang : Ah nggak enak aja pun. Ya kalo gitu kenapa mereka nggak buka usaha sendiri? Salah sendiri toh? Mereka udah pandai tapi nggak dimaksimalkan. Lagian kalo terus-menerus takut sama pikiran orang lain gitu, pasti nggak akan maju-maju deh.


Intinya, impian usaha buat jualan pudding gagal. Pasalnya, sang adik yang jadi tonggak utama pengantar pudding ke sekolah ini menolak untuk dipekerjakan. Digaji loh padahal. Yah tapi aku ngerti kok, dia pasti sibuk banget.


Mimpi lain, aku pingin buat buku cerita anak-anak. Terinsipirasi oleh kisah Peter Rabbit by Beatrix Potter, atau Serial Tini yang selalu jadi favoritku. Udah jadi tuh ceritanya, tapi stuck di ilustrasinya... Gimana, ya? Aku pingin punya buku cerita anak yang punya gambar-gambar yang indah, cantik, beautiful, menyentuh (heseeeh), karena aku emang suka banget sama hal-hal kayak gitu. Semua yang indah itu bisa menghangatkan hati. :p


Intinya, aku stuck karena aku nggak bisa gambar kayak gitu. Udah kucoba, tapi hasilnya... ampun, ancur! Haha. Orang bilang aku pandai menggambar, tapi sebenarnya, aku lebih pandai meniru. Ada contoh, aku tiru. Kalau ada sesuatu di pikiranku, seperti sebuah scene dalam buku cerita, aku sulit merealisasikannya jadi gambar, sesuai dengan yang aku bayangkan.


Jadi aku berkunjung ke official website of Peter Rabbit, disini: http://www.peterrabbit.com , daaaan di situ aku menemukan masa kecil Beatrix Potter. Di sanalah aku baru sadar, bahwa untuk membuat illustrasi sebagus itu, aku harus jadi pelukis profesional dulu. Harus benar-benar belajar secara mendalam. Harus belajar dari kecil, dari dasar. Banyak waktu yang harus diluangkan untuk belajar itu. Seperti Beatrix Potter yang udah belajar melukis sejak kecil oleh guru-guru yang profesional. Lalu, (hampir) seluruh hidupnya pun didedikasikan untuk melukis.


Salah satu karakter by Beatrix Potter, Miss Hedgehock kalau nggak salah.


Karyanya yang terinspirasi dari tikus kayu peliharaannya.
 Jadi intinya, dua mimpi gagal ini ditunda dulu ya. Suatu hari nanti pasti ada kesempatan. Mungkin aku bisa bekerjasama dengan seorang illustrator beneran, lalu memproduksi buku cerita itu secara massal... (amin hehe) Atau membuat warung minuman sendiri deh, kapan-kapan. Semua usaha besar dimulai dari kecil!
The Tale of Peter Rabbit - 1902



Life Lesson #4

Sekarang aku ngerti, cuma orang-orang yang mau berubah yang bisa sukses. Mereka yang nggak mau mengembangkan diri, atau yang merasa dirinya sudah benar, atau yang cuma bisa mengejek dan merendahkan orang lain, mereka nggak akan lebih sukses daripada orang-orang kecil yang mau mencari motivasi dan mengembangkan diri. Mungkin sama seperti cerita kelinci dan kura-kura yang balapan. Nggak perlu dijelaskan lagi toh?

Life Lesson #3

Semua orang besar mulai dari hal-hal kecil... Kalau kita merasa terlalu 'besar' untuk memulai hal-hal kecil, kita nggak akan pernah jadi 'besar' yang sebenarnya~

Life Lesson #2

Semua orang punya kesuksesannya masing-masing. Ada yang sukses jadi novelis, ada yang sukses jadi penyanyi. Jangan tergiur, terus pingin jadi kayak mereka, kita mesti nyiptain kesuksesan kita sendiri! Cari bidang dimana kamu bersinar paling terang, lalu usahakan sampai akhir! Semangat geb!

Life Lessons #1

When you're doing your passion, you'll never get bored. When you don't take a rest, it is another story.

Senin, 28 Mei 2012

ilmu pengetahuan itu... mesti dikejar.

I was studying and some quotes popped up, so I write it here...

Ilmu pengetahuan itu dicari. Dikejar. Live with it, make it your passion. Pada akhirnya kamu bakal sadar kalau kamu akan hidup bertambah pintar dan pintar dan pintar setiap harinya.

Tidak perlu berpikir jauh-jauh. Tidak usah memperhitungkan apakah ilmu itu akan berguna atau tidak, atau akan menjadi apa kamu dengan ilmu itu. Belajar saja. Bukan untuk mencari uang, tapi untuk kepuasan dan kepenuhan diri. Untuk kelangsungan hidup, tidak perlu takut. Uang akan mencari orang-orang yang bahagia, lalu tinggal di rumah mereka.

Kalau kamu sudah berusaha sekuat tenaga, lalu gagal, gagal, dan gagal, jangan menyerah. Coba terus. Ingat ayat ini : 
"Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).


These are nice and useful for me, semoga berguna buat kalian juga! ^^

Sabtu, 26 Mei 2012

Almost Farewell

No farewell is easy!


Di setiap percakapan mendebarkan tentang masa depan, tentang kuliah, tentang membeli tiket, tentang kos-kosan, selalu ada sesuatu yang berusaha mendobrak keluar : fakta bahwa kita akan berpisah. Fakta bahwa semuanya tak akan lagi sama.


Kadang ada ungkapan sayang yang tersembunyi, ada suara yang tercekat, atau (di saat-saat tertentu), muncul juga usaha menahan tangis... agar tidak terjadi acara tangis-menangis sebelum waktunya. ;)


Tapi itu tentang menjadi dewasa. Tentang anak yang disapih, tentang anak penyu yang dilepas ke lautan. Semuanya memang tidak akan sama lagi. Tapi sesuatu yang baru menunggu di luar sana.


Demi masa depan,
farewell must be done.


We gotta be strong, fellas!

Jumat, 25 Mei 2012

Danger Zone : Being Sceptical

I am radically being a sceptic person!
Noooo!!! This is a BIG BIG BIG problem! >_<

Dimulai dengan mulai 'terbukanya' mataku akan segala sesuatu. Tentang dunia, tentang semuanya. Aku mulai membuka wawasan, dan mulai tahu lebih banyak. Dan saat itulah aku mulai memilah-milah, yang mana yang baik dan tidak. Mana yang bagus dan yang jelek. Mana yang mahal dan yang murah.
Dan saat itu juga, aku mulai lupa cara menghargai orang lain. No, no, no, this is the biggest disaster. Apakah ini penurunan nilai moral? Atau penurunan standar hidup?
Dulu, aku selalu membenci orang yang skeptis. Yang cuma bisa kasih komentar positif dan nggak bisa ngelihat kelebihan dalam diri orang lain. Yang benar cuma diri sendiriii terus. Tapi sekarang... I am being one of them! Setiap saat ada sesuatu yang bisa dikomentari, yang pertama kali muncul dalam pikiran adalah 'jelek', 'norak', 'alay', atau 'aku bisa lebih baik dari itu'. Padahal pikiranku sudah berusaha keras untuk kembali lagi seperti dulu. Pikiran yang positif, mendukung, dan membangun, bukan seperti sekarang ini, penuh dengan kata-kata negatif yang menjatuhkann...
Bagaimana ini?
Help!

Life Is a Spinning Wheel

Sometimes, when you feel like you can do it, you own the world.


Tapi dunia sering berbalik dan ujung-ujungnya, kamu gagal.
Pernah rasakan itu? Saat kita menjadi sama seperti para loser lain yang tidak disukai orang. Saat (rasanya), kita tidak memiliki apa-apa.


But you can always turn the world back.
Upside down.



Kamu bisa selalu jadi pemenang!
Biarkan roda ini berputar beberapa kali. Nikmati. Sampai akhirnya keretamu akhirnya sampai di tujuan.


Be a winner. Don't stop.
Make your dreams happen. You can!

Sabtu, 19 Mei 2012

Untuk Apa?

Untuk apa menulis blog?

Iya, untuk apa? Aku baru-baru aja mulai ngeblog, dan tiba-tiba terpikir: siapa yang bakal ngebaca? Tulisan-tulisan, ungkapan ungkapan hati, apakah bakal dibaca orang? Memangnya kalau ada yang ngegoogle gitu, terus nyasar ke blog kita, pasti langsung diclose deh, kalau nggak sesuai ama apa yang dia cari. Follower kita juga bisa dihitung dengan jari, yaaah kalau kita memang belum tenar ya saudara-saudara.

Jadi buat apa kita ngeblog, buang-buang waktukah? Tenaga? Pulsa internet?

Well, semua tergantung persepsi. Apa tujuan kita membuat blog ini? Kalau aku sih, ngisi waktu. Cuma mau ngungkapin perasaan kok. Sekalian berlatih menulis. Siapa tahu, who knows, dari blogger amatiran begini, bisa jadi penulis buku best seller yang dijual di etalase-etalase toko buku. Atau jadi public speaker yang mengadakan seminar di mana-mana! Wow, that's a dream...

Just write. Kadang kita nggak tau potensi apa yang ada dalam diri kita. Sampai kita menulis dan melihatnya sendiri. Kita bisa jadi kaget kalau membaca ulang. Rasanya nggak nyangka aja ternyata kita bisa ngelakuin hal hal yang selama ini belum pernah kita lakuin. Ada yang mungkin menemukan jati dirinya (wow it's big). Ada yang mungkin malah nyasar, malah berubah jadi orang lain yang samasekali nggak mencerminkan dirinya. -_-

Blog juga bisa jadi sarana penenang hati. Nggak setiap saat kan, kita bisa curhat ke orang? Cerita-cerita? Apakah orang itu bakal dengerin? Apa bakal diperhatiin? We have tons of stories to tell, dan punya keinginan yang menggebu-gebu untuk langsung menceritakannya pada orang-orang. Tapi kadang kita juga ngerasa nggak enak sama orang-orang yang melulu bersabar ngedengerin cerita kita, yang mungkin sebenarnya nggak penting buat mereka. Jadi, menurut aku, ini adalah satu fungsi blog yang lain. Kita bebas bercerita tanpa takut ada yang bosan. Kalau mereka memang mau tahu, blog kita bakal dikunjungin dan dibaca. Kalau emang pada nggak peduli, blog kita pun nggak akan dibuka dan... semua balik ke kehidupannya masing-masing. Nggak ada yang rugi kan? Yah, kecuali kita ngisi blog itu dengan materi materi yang merugikan orang lain. Sorry, itu bukan gue banget. #heseh

Blog juga bisa jadi semacam timeline hidup kita. People change, people grow. Seperti apa kita hari ini, besok besok PASTI ada perubahan, terutama dalam bidang mental. Walaupun kita nggak nyadarin itu. Well pikir aja. Setiap hari kita ngalamin kejadian-kejadian baru. Hal-hal baru. Pastilah menambah sesuatu di dalam diri kita, walaupun sekadar cara berpikir atau memori. Di samping itu, kita semua bertumbuh, kita jadi dewasa. Semua orang diharapkan buat jadi lebih baik dari sebelumnya.

Nah dari blog ini, apa yang kita tulis hari ini bisa jadi barometer kita di masa depan. Kita jadi tahu seperti apa sih aku dulu. Kita jadi sadar tentang kekurangan-kekurangan kita dulu, atau senggakdewasanya kita di masa lalu. Dan kita bisa senyum-senyum sendiri kalau ngingat masa lalu kita yang ntah kayakmana itu. Jadi, blog bisa jadi digital diary kita yang abadi dan tak lekang dimakan waktu... eaaak!

Yap, digital diary. Dan berhubung ini adalah something that you post throughout the world, kita mesti tetep inget dong kalo siapa aja bisa baca tulisan kita. Apalagi dunia ini kejam, trust me. Jadi harus tetap hati-hati guys! Good luck!

Borobudur : Memories Captured

Ini waktu kelas satuuuu dan kami sekelompok pramuka. Jujur agak disindir sih waktu itu karena dalam satu kelompok isinya anak2 sekelas semua, tapi yah mau gimana lagi udah terlanjur. Nggak ada maksud apapun kok. (y) Nah baju ini sampai saat ini masih ada di rumahku dan masih jadi kaos favoritku... Dan kalau mau pakai harus hati-hati karena takut si Kesuma Wahni ternyata ikutan pakai juga. Agak gimana gitu loh.


Nah kalau foto yang ini, aku lagi nggak ada bareng mereka. Pada lagi kepingin sok sok preman gitu ya hahaha. Mungkin karena muka kita muka anak baik baik ya guys. FYI itu bukan rokok beneran ya... Kami beneran anak baik-baik kok. ;)




Kalau yang ini emang agak bandel ya teman teman. Well, aku nggak akan nulis di sini, cuma borob yang tau deh ya. :D

ini nada yang selalu tidur. wake up nad!


Nah jangan heran kalau di hp anda tiba-tiba ada foto mata seperti yang di atas ini. Itu pasti kerjaannya yuli. Karena nggak ada anggota borob lain yang punya hobi unik ini : foto mata. Nggak tahu kenapa dia suka banget foto foto matanya, tell us dong yul. Btw matanya cokelat, keren ya... Kata sepupuku sih kayak vampire... Tapi menurutku kayak bule. Ambil yang positif aja ya kan. :D



Ini... waktu kami lagi nongkrong di tempat rahasia kami. Ntah ini candid atau sok candid, yang penting seruu :D

Borobudur : Introducing!


Sooo here it is, Borobudur! What are we? Friends, family, anything.

Nah, what to write here? Saya nggak tau. Mungkin karena persahabatan sulit diungkapkan dengan kata-kata. ;) Kami bersahabat sudah lebih dari 3 tahun dan akan terus dong sampai nanti. Dimulai dari kelas 1 SMA, waktu kami mulai bertemu dalam 1 kelas : XA.

Blog lengkap tentang ini bisa dilihat di blog Ruth Yuliani, salah satu anggota kami... Ini linknya :
http://ruthyuliani.blogspot.com/2011/12/we-are-borobudur.html

Di situ udah lengkap dari nama anggotanya, gimana ketemunya, sifat-sifatnya, tinggal dibaca!
Jadi apa dong yang mesti kubuat di sini?
Kesan pesanku aja ya selama jadi ketua fans clubnya Borobudur ini.

Oke jadi gini. Borobudur itu eksklusif. Mereka band yang sebenernya nggak terkenal tapi menganggap diri mereka tenar. Nah 'band' ini ternyata punya fans club juga, dan kebetulan akulah yang jadi ketuanya. -__-
Aku juga nggak tau kerjaku apa, tapi yang pasti jabatanku sih itu.

Jadi kami ini selalu bareng. Apalagi waktu masih sekelas. Istirahat bareng, belajar bareng, jalan bareng. Sampai-sampai saking seringnya bareng kami jadi terkesan ngegank gitu, tapi kayaknya nggak deh. Borobudur kan nama band bukan nama geng :p

Waktu bareng pun selalu aja ada yang nempel. Misalnya Ary Dwijayatno (yang selalu salah dipanggil sebagai Ary Dwijayanto). Dia satu-satunya cowok yang ngefans sama kami. Ya, dia memang anggota fans club kok. Mungkin cowok lain banyak juga yang ngefans tapi nggak mau ngaku HAHAHA.

summary waktu suma ulang tahun

happy birthday suma!
Mungkin juga dia dekat2 borobudur cuma karena ada maunya, biar bisa sama si suma ceweknya yang tercinta.

Hahaha kidding, afterall si ary ini teman yang baik kok.

Lalu kami pisah kelas di kelas 11, yaah mau gimana lagi kami semua terpencar-pencar. Tapi kami tetap bersama dong. Waktu istirahat kadang kami ngumpul kalau ada yang mau cerita (biasanya sih Umi) atau ada yang mau dicurhatin. Lots of stories we had, dan kayaknya cerita itu nggak pernah habis. Namanya juga cewek.

Kesan pesanku selama jadi ketua fans club borob... Mereka nyenengin! Kadang nyebelin! Semuanya punya karakter yang beda-beda. Suma yang galak dan frontal, Umi yang suka cerita, Nada yang pendiam dan selalu tidur, Ulan yang lucu dan ketawanya khas, Ella yang passionnya musik banget, Tasha yang kecik dan ceria, Keti yang cool tapi berhati lembut, Reski yang keren juga. Oya ada aku yang... deskripsiin sendiri ya.

Jadi sekarang kami lagi terpisah pisah nih. Dua udah cao ke luar batam, sisanya masih di batam semua tapi jarang juga ketemu karena lagi pada sibuk belajar (kecuali yang satu les). Buat SNMPTN. Semoga kita sukses ya guys.