Aku manusia. Punya badan, punya pikiran. Tapi aku belum punya hati. Dulu.
Dulu, aku tidak peduli kalau ada yang meninggal. Sebenarnya bukan tidak peduli, tapi tidak bisa jadi sedih. Aku mau ikut-ikutan sedih seperti yang lain, tapi tidak bisa. Bagiku, kematian itu hal biasa. Semua orang pasti akan mati. Mungkin aku akan sedih kalau kisahnya tragis atau semacamnya.
Dulu, aku juga tidak mengerti kalau ada yang menangis. Teman-temanku yang lain bisa menghapus air mata temannya, lalu ikut-ikutan diam dan menunduk. Tapi aku tidak bisa. Menurutku itu konyol. Aku cuma bisa berdiri mematung dengan canggung, tidak tahu harus berbuat apa.
Tapi sekarang, ada sesuatu yang mengubahku. Aku tidak akan bilang itu apa, atau siapa, yang pasti aku sangat berterimakasih.
Ada yang salah denganku. Masalahnya adalah, aku tidak bisa ikut merasakan yang orang lain rasakan. Apa ya sebutannya? Empati kah? Aku lupa. Tapi kalian pasti mengerti maksudku.
Biasanya, aku tidak pernah punya masalah yang cukup mengganggu hari-hariku. Kalaupun dulu aku menangis atau stres atau apalah itu, itu cuma karena pikiranku sendiri yang membandel dan menyakiti diriku sendiri. Tapi kali ini, aku menangis karena benar-benar ada masalah. Dan waktu itu, yah, anggap saja aku sedih sekali.
Biasanya, kalau aku sedang sedih, aku akan tetap pura-pura senang dan tertawa seperti biasanya. Atau sesekali menertawakan diriku sendiri di depan orang lain. Aku tidak butuh rangkulan dari teman-temanku, yang ada aku malah jadi malu kalau dikasihani, entah kenapa. Mungkin egoku yang terlalu tinggi menghalangiku untuk meminta bantuan dari teman-temanku. Mungkin aku yang biasanya berdiri sendiri, jadi malu kalau mencoba menjadi lemah di depan orang lain.
Tapi kali itu, aku tidak bisa sendirian. Waktuku hampir habis dan aku harus pulih secepat mungkin. Lagipula, aku tidak bisa lagi pura-pura senang. Waktu itu (pelan-pelan memang, tidak langsung), aku memotong sedikit demi sedikit egoku. Dan saat itu aku sadar, bahwa aku butuh teman-temanku. Baru kali itu aku mengerti rasanya ditemani dan dihibur saat hatimu sedang ada di tingkat paling bawah. Aku baru mengerti rasanya punya 'masalah'. Punya sesuatu yang pantas ditangisi. Atau, mengerti rasanya kehilangan seseorang. Sekarang aku mengerti, orang-orang yang sedang sedih (sangat) butuh dihibur. Itu bukan kekonyolan atau sekadar formalitas seperti yang selama ini kukira. Dan untuk bisa menghibur, kau harus bisa mengerti dulu. Aku bersyukur. Karena akhirnya aku punya hati, yang bisa mengerti hati orang lain. Mungkin ini baru sedikit. Mungkin masih banyak yang belum aku mengerti. Tapi aku tetap senang. Maka kutuliskan di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar